Senin, 27 Juli 2009

Obat Tradisional untuk Batuk dan Flu.


Sebenarnya sejak dulu alamsudah memberikan solusi bagi berbagai macam penyakit manusia. Sayang, karenatidak praktis – meski lebih aman – obat alamiah itu pelan-pelan tergusur olehobat sintetis. Namun, seiring dengan merebaknya efek sampingan obat-obatansintetis , obat alamiah kini dilirik lagi.

Batuk?”Ambil saja umbut cangkuang (Pandanus furicatus) kemudian makanlangsung mentah atau disekam dahulu dalam bara api (dibubuy),” ujarsi pemandu lapangan di Citalahab saat melakukan survei tumbuhan di kawasanTaman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat.

Lain lagi dengan orangLindu (Sulawesi Tengah) yang menyarankan cukup dengan minum air rebusan daunbalimoa (Blumea balsamifera) untuk mengobati batuk sekaligus asma.Sementara itu, orang Pabera Manera (Sumba, NTT) menyatakan dengan meminum air perasan daun ripaita (Momordicacharantia) derita batuk yang disertai demam akan hilang.

Di Bali, orang Sembiranmengetahui bahwa daun intaran (Azadirachta indica) berkhasiat untukmengobati influenza. Caranya, tumbuk daun tadi bersama-sama dengan bawang merahdan sedikit garam kemudian diperas. Air perasan ini kemudian diminum sedangkanampasnya dibalurkan pada badan si penderita.

Heboh PPA

Begitulah, untuk batuk saja alam kita menyodorkan banyak alternatif. Masyarakat tradisional- lah yang dengankearifannya memanfaatkan hal itu. Sayang, semua itu seolah-olah dianggapperadaban kuno belaka. Lalu kita sepertinya membiarkan pengetahuan besertatetumbuhanny a musnah ditelan masa seiring menghilangnya para leluhur kita(dukun/tabib/ kepala adat) di muka bumi tercinta ini.

Dalam belitan krisis, semua orang terhenyak saat harga obat-obatansintetis modern melambung sangat tinggi. Ini ironi, karena negeri kita kayarempah-rempah dan bahan obat alami. Mengapa tak kita tengok orang-orang tuadahulu yang memiliki kesehatan relatif lebih prima meski “hanya”mengandalkan sumber-sumber obat alami, baik dari tumbuhan maupun hewan anugerahSang Pencipta?

Kini, obat-obat sintetis kimiawi satu-persatu berguguran di pasaran,seiring dengan meningkatnya pengetahuan para ahli medis-farmasi terhadap efeksampingan pemakaian obat tersebut. Juga dengan bertambahnya pengalaman pribadikonsumen sendiri tentang timbulnya gejala-gejala penyakit lain akibatmengonsumsi obat-obat kimiawi.

Salah satu kabar terbaru adalah adanya sinyalemen beberapa jenis obatbatuk dan flu yang telah beredar luas di pasaran dan telanjur digandrungimasyarak at umum ternyata dalam jangka panjang dapat menyebabkan peningkatantekanan darah yang akhirnya bisa menyebabkan stroke! Hal ini akibat adanyakandungan kimiawi yang di beberapa negara seperti Amerika dan Singapura telahdilarang penggunaannya, yaitu phenyl propanolamine, PPA (tengok rubrikAdvis Medis Intisari Januari 2001 – Red.). Menyebarnya informasimengenai efek konsumsi obat-obat ber-PPA ini sedikit banyak mempengaruhi sikapdan perilaku masyarakat terhadap keberadaan obat-obatan sintetis kimiawi secaraumum.

Para pencandu obat yang mengandung PPAini mengalami dilema yang cukup rumit, antara kenyataan ilmiah (scientificreality) dan pengalaman (experience). Obat ini memang ampuh dandijual bebas. Tetapi berbahaya!

Dari pekarangan rumah sampai pinggir jalan

Berbagai bukti menunjukkanbahwa sejak zaman purbakala umat manusia sanggup membasmi berbagai penyakitdengan memanfaatkan obat-obatan yang ditemukannya, terutama dalam duniatumbuh- tumbuhan. Manusia purba memang cenderung meniru perilaku binatang dalamhal pemanfaatan tumbuh-tumbuhan, termasuk dalam hal pengobatan.

Bahkan sampai zaman modernini pun mereka tetap memanfaatkan binatang dalam menguji obat-obatan yangditemukannya. Demikianlah, pengetahuan manusia tentang berbagai tumbuhan dankhasiatnya, sebenarnya telah berkembang sangat mengagumkan. Sayang sekali,pengetahuan tersebut sulit melewati masa suksesi, karena jarang berbentuktulisan yang bisa dibaca sepanjang zaman. Bahkanpengetahuan lisan sekalipun, sebagian besar tidak terwariskan ke generasiberikutnya. Ketidakpedulian generasi penerus menyumbang andil pula dalam hilangnyapengetahua n tadi.

Tidaklah heran, sebagian besar pengetahuan pemanfaatan tumbuh-tumbuhanseba gai bahan obat dan pengobatan alami boleh dikata telah musnah dari alampikiran manusia sekarang. Lihatlah betapa kaum muda kurang peduli terhadapkeberadaan tumbuhan obat di sekitarnya. Kaum tua pun hanya bisa menyaksikanproses pemusnahan sumber-sumber bahan obat alami, yang tergilas berbagai proyekmodernisasi.

Kita patut bersyukur, seperti digambarkan pada awal tulisan ini,ternyata masih tersisa berbagai pengetahuan pengobatan asli Indonesia diberbagai pelosok negeri tercinta ini. Berdasarkan survei ke desa-desa terpencildi kawasan Nusantara, desa-desa tersebut memiliki pengetahuan tentang bahan dancara pengobatan yang berbeda-beda, namun memiliki kesamaan dalam hal kearifanpemanfaatan tetumbuhan.

Demikian halnya dengan penyakit batuk dan flu yang lazim menimpasebagian besar masyarakat Indonesia. Meskipun kedua penyakit ini bolehdikatakan penyakit ringan, namun tetap membawa dampak yang berat kepada lingkungansekitar. Oleh karenanya di berbagai desa cukup banyak pengalaman pemanfaatantumbuh- tumbuhan sebagai obat kedua penyakit tersebut.

Flu atau sering pula disebut pilek, adalah suatu penyakit yangdisebabkan oleh virus. Biasanya terjadi pada saat-saat udara dingin, kehujanan,terlalu banyak minum es, atau akibat kelelahan dan kurang tidur. Penyakit inisebenarnya tidak berbahaya, namun bila dibiarkan terus menerus tanpa diobatiakan sangat mengganggu aktivitas hidup si penderita maupun orang di sekitarnya.Bahkan penyakit ini dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui udarabebas, sehingga bisa merepotkan banyak orang. Oleh karena itu dianjurkan bagiorang yang terkena flu untuk sementara istirahat di rumah.

Biasanya penyakit ini mempunyai gejala-gejala seperti sakit kepala,rasa nyeri pada otot dan sendi terutama punggung, berkeringat, perubahan suhubadan tak menentu, terkadang menggigil, kurang nafsu makan, sering puladisertai batuk dan sesak napas.

Dengan demikian gejala-gejala inilah yang harus segera dipulihkankembali, sehingga dalam pengobatan tentunya dicari obat yang mempunyaisifat- sifat mengurangi nyeri (analgesik), penurun panas (antipiretik) , penyegarbadan (roboransia) , dan penambah nafsu makan (stomakik).

Bila saja manusia jeli dan yakin akan anugerah alam yang diberikanTuhan sang penciptanya, tentu tidak sulit untuk mencari obat-obat yang bersifatdemikian. Orang tempo dulu telah membuktikan. Banyak sekali jenis-jenistumbuhan di sekitar kita, baik di pekarangan rumah, tegalan, kebun, sawah, ataupinggir jalan sekalipun, yang dapat dimanfaatkan. Beberapa di antaranya:

- Analgesik: daun sembung (Blumea balsamifera), daun pepaya (Caricapapaya), bunga cengkeh (Syzygium aromaticum), rimpang kunyit (Curcumadomestica), dan rimpang kencur (Kaempferia galanga).

- Antipiretik: buah kapulaga (Amomum cardamomum), buah belimbingmanis (Averrhoa carambola), buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi),rimpang bangle (Zingiber cassumunar), daun cincau (Cyclea barbata)dan daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata).

- Stomakik: daun seledri (Apium graveolens), daun sambiloto (Andrographispanicul ata), rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza), cincau (Cycleabarbata), dan buah pare (Momordica charantia).

- Roboransia: daun bayam duri (Amaranthus spinosus), rimpangkencur (Kaempferia galanga), buah pace (Morinda citrifolia), danbuah pare (Momordica charantia).

Reaksi memang lama, tapi aman

Batuk adalah suatu penyakit refleks fisiologi pada keadaan sehat maupunsakit yang berfungsi untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasandari benda-benda asing, yang mengakibatkan tenggorokan terasa gatal. Penyakitini dapat diakibatkan gangguan cuaca seperti udara dingin, angin kencang,hujan, atau perubahan suhu udara.

Bisa pula karena rangsangan mekanis seperti asap dan debu ataurangsangan kimiawi seperti dahak, gas, dan bau. Selain itu radang saluranpernapasan dan alergi juga merupakan penyebab. Batuk, juga terkadang merupakansalah satu gejala akan timbulnya penyakit lain seperti asma, flu, dan TBC.

Untuk itu sangat perlu segera mengatasi batuk sebelum merembet kepenyakit yang lebih parah lagi. Untuk mengatasinya, sebagai pertolongan pertamakita bisa memanfaatkan jenis-jenis tumbuhan sekitar yang memiliki sifat-sifatsebagai pembunuh kuman (antiseptik) , antiradang (anti-inflamasi) , peluruh dahak(ekspektoran) , penenang (hipnotik), dan mengurangi nyeri (analgesik).

Banyak tumbuh-tumbuhan di sekitar kita yang memiliki sifat tersebutbahkan telah diramu dan dikemas dalam berbagai bentuk obat jadi, baik berupasirup, serbuk, pil, maupun tablet. Juga dalam berbagai kemasan jamu olehperusahaan- perusahaan obat tradisional. Beberapa tumbuhan yang memiliki khasiattersebut antara lain:

- Antiseptik: daun sembung (Blumea balsamifera), daun pepaya (Caricapapaya), ketumbar (Coriandum sativum), dan kulit batang delima (Punicagranatum).

- Anti-inflamasi: sambiloto (Andrographis paniculata), rimpangtemulawak (Curcuma xanthorrhiza), daun wungu (Grapthophyllum pictum),dan buah kapulaga (Amomum cardamomum).

- Ekspektoran: daun saga (Abrus precatorius), umbi bawang merah(Allium cepa), umbi bawang putih (Allium sativum), lidah buaya (Aloevera), dan buah kapulaga (Amomum cardamomum).

- Hipnotik: daun kangkung (Ipomoea aquatica), buah pala (Myristicafragrans), dan daun wati (Piper methysticum).

- Analgesik: daun poko (Mentha arvensis) dan daun kelor (Moringaoleifera).

Tentu saja dengan mengonsumsi tumbuh-tumbuhan tersebut di ataspenyembuhannya tidak secepat minum obat-obatan sintetis kimiawi. Perlu tenggangwaktu dan kesabaran serta rutinitas dan komposisi yang seimbang dalampemakaiannya. Namun demikian penggunaan obat secara tradisional dengan ramuantetumbuhan relatif lebih aman dari efek-efek timbulnya penyakit lanjutanseperti yang terjadi pada obat-obatan kimiawi dewasa ini.

Jadi, mengapa tidak coba kembali ke alam? (R. Syamsul Hidayat, staf penelitiKebun Raya Bogor – LIPI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar