Selasa, 11 Agustus 2009

"...Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku..." (QS. al-Baqarah: 186)


Suatu hari Mas-dhenk bingung, kenapa ketika seseorang ibadah kepada Allah, malah lalu tidak boleh minta sama Allah?

(-) Loh, memangnya siapa yang mengatakan nggak boleh minta?

(+) Ya orang-orang

(-) Orang yang mana?

(+) Ya yang mengatakan, "ibadah, ibadah saja jangan minta-minta sama Allah." Atau, "Sedekah sedekah saja, masa sih sedekah karena pengen sesuatu? Salah tuh..." Orang-orang seperti ini nih yang saya bingungkan, kata Mas-dhenk.

(-) Loh, kenapa kamu menyerang mereka-mereka itu? Bukannya mereka itu bagus? Dan mengajarkan kemurnian ibadah?

(+) Ya, bagus-bagus saja. Tapi kalau mengajarkan keikhlasan sambil menyekat hamba-Nya dari Allah, apakah masih bagus disebutnya?

(-) Tapi siapa juga yang menyekat? Kan mengajarkan keikhlasan?

(+) Apa coba sebutannya buat mereka yang melarang hamba-Nya meminta sama Allah? Apa bukan menyekat tuh? Memberi dinding antara seorang hamba dengan Allah?

(-) Ya, nggak gitu sih...

(+) Nggak gitu gimana?

(-) Inikan sekedar mengajarkan keikhlasan.

(+) Guru saya pernah bilang, bila ada yang mengajarkan kebaikan, tapi disaat yang sama mengajarkan keburukan, itulah setan?

(-) Maksudnya?

(+) Ya setan'kan masuk lewat pintu ilmu. Satu sisi mengajarkan perbuatan baik dilakukan dengan keikhlasan. Tapi di sisi yang lain, seseorang tidak diperbolehkannya meminta sama Allah. Apa ini bukan kerjaan setan?

(-) Wah, terlalu jauh tuh. Masa menyamakan mereka yang berpendapat seperti itu seperti setan?

(+) Ya nggak sih. Tapi'kan begitu cara kerjanya setan. Halus banget. Kita nggak berani ngebantah perkataan, "ibadah-ibadah saja, jangan minta-minta sama Allah." Iya'kan? Nggak berani? Sebab kalau berani membantah berarti tidak ikhlas?

(-) Iya juga sih.

(+) Gini... boleh ga meminta sama Allah?

(-) Boleh.

(+) Meminta itu berdo'a bukan?

(-) Ya... sama dengan berdo'a.

(+) Jadi... boleh nih berdo'a?

(-) Ya, bolehlah... malah jadi ibadah.

(+) Ok, malah jadi ibadah ya?

(-) Ya... jadi ibadah.

(+) Terus... boleh ga seseorang yang tidak ibadah meminta sama Allah?

(-) Maksudnya?

(+) Boleh ga seseorang yang tidak shalat misalnya, lalu dia berdo'a kepada Allah?

(-) Boleh saja... berdo'a'kan tidak mempersyaratkan apapun, kecuali sebagai akhlak.

(+) Jadi, boleh nih, seorang preman misalnya, berdo'a kepada Allah?

(-) Ya... boleh.

(+) Walau dia tidak shalat?

(-) Ya, boleh... meski dia tidak shalat, dia berhak berdo'a.

(+) Lah, lalu kenapa orang yang menempuh jalan tahajjud, menempuh jalan sedekah, lalu jadi tidak boleh meminta?

(-) Iya juga ya... kenapa jadi tidak boleh?

(+) Situ sendiri'kan yang bilang... sedekah-sedekah saja, tahajjud-tahajjud saja, jangan minta-minta sama Allah?

(-) Bener.

(+) Padahal, mestinya kalimat yang benar itu begini... "tidak tahajjud saja boleh meminta, apalagi tahajjud. Tidak sedekah saja boleh meminta, apalagi bila bersedekah."

(-) Bener.

(+) Dari tadi bener-bener melulu?

(-) Lah, memang bener.

(+) Sekarang siapa yang bingung?

(-) Ya nggak bingung... saya benar situ benar.

(+) Maksudnya?

(-) Beribadah karena sesuatu'kan jadinya tidak ikhlas?

(+) Yah, itu mah namanya kembali kepada pertanyaan semula.
Ikhlas itu jangan dikaitkan dengan meminta. Bila seseorang meminta kepada Allah, jangan dikatakan tidak ikhlas dong?

(-) Lalu, mestinya dikatakan apa buat seseorang yang bersedekah lantaran dia susah?

(+) Dikatakan kepadanya, "Dia menempuh jalan yang diberitahu Allah dan Rasul-Nya."

(-) Oh... gitu ya?

(+) Ya... begitu. Ketika Allah bilang bahwa Allah akan membantu yang mau membantu sesama, lalu ada seseorang yang keluar dari rumahnya membantu orang lain karena dia ingin kesusahannya dibantu Allah, masa salah?
Bukankah ini berarti dia mempraktikkan cara-cara Allah bila ingin dibantu. Dan berarti dia dapat pahala tersendiri, yaitu pahala menjawab seruan Allah, pahala percaya sama Allah.

(-) Tapi'kan nggak bener dong?

(+) Nggak bener gimana?

(-) Kok aneh ya, ibadah'kan harusnya murni, ikhlas?

(+) Ya itu tadi, sebab pemahaman ikhlasnya kali yang salah. Mestinya ikhls itu adalah tidak dikaitkan dengan do'a, dengan permintaan. Kasihan hamba-hamba-Nya Allah yang memang menginginkan sesuatu dari Allah, dan Allah memang membuka pintu-Nya dan murah memberi hadiah kepada hamba-Nya yang mau menegakkan ibadah. Lebih kasihan lagi kepada orang-orag yang tidak tahu bagaimana caranya merayu Allah.

(-) Jadi, tetep disebut ikhlas nih bila seseorang beribadah karena sesuatu?

(+) Kalimatnya barangkali begini, orang itu punya tauhid yang bagus. Punya iman yang bagus. Karena percayanya dia sama cara yang dianjurkan Allah dan Rasul-Nya, lalu dia tempuh jalan itu. Secara simpelnya, disebut tidak ikhlas itu kalau ia ngomongin dia punya amal ke kiri dan ke kanan dengan maksud riya atau sombong, sum'ah/berbangga diri. Kalau ke Allah mah namanya do'a, harapan, permintaan, munajat.

(-) Iya juga ya... apalagi meminta itu'kan ibadah juga ya?

(-) Nah... berarti kalau seseorang mau sedekah, dan ia punya permintaan, berarti ada dua ibadah?

(+) Betul... ibadah "sedekah" dan ibadah "meminta".

(-) Dapat dua pahala ya?

(+) Ya... dapat dua keutamaan.

(-) Paham saya sekarang.

(+) Masa?

(-) Iya.

(+) Lalu masih menyalahkan orang yang bersedekah lantaran proyeknya pengen lancar?

(-) Masih.

(+) Lah?

(-) Ya iya... namanya juga bingung,

(+) Ya sudah... nggak apa-apa. Kan nggak maksa supaya situ mau minta sama Allah. Jadi, ya nggak apa-apa bingung juga, silahkan saja. Kalau saya mah nggak bingung. Bagi saya, saya percaya sama Allah, percaya sama cara-cara-Nya Allah. Allah bilang, kalau mau begini, begitu. Kalau mau begitu, begini. Lalu saya ikuti itu. Ini namanya tunduk, patuh, dan taat. Sekali lagi, ini namanya keutamaan dari percaya sama Allah.

Yah, namanya juga orang bingung, ga usah ikut-ikutan bingung deh...
Yang jelas sekarang ini, banyak orang yang tidak berani minta sama Allah. Padahal Allah sendiri yang menyuruh meminta kepada-Nya. Masa ketika seseorang meminta jadi salah?
IYA NGGAAK...??



an Introuction to THE MIRACLE OF GIVING
UST. YUSUF MANSUR